Oleh : Rizka Putri Utami
(Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Dalam memahami kesehatan khususnya pada kesehatan mental secara menyeluruh, kita harus melihat permasalahannya dalam suatu cakupan atau dalam satu ruang lingkup.
Seberapa besar masalah kesehatan mental yang ada pada diri kita menjadi permasalahan seberapa besar skala yang dihasilkan. Hal tersebut termasuk pada saat kita bicara mengenai konsep perfeksionisme yang berasal dari tuntutan orangtua.
Pada dasarnya, dalam diri setiap orang pastilah memiliki sisi perfeksionis masing-masing dengan skala yang tentunya berbeda-beda, ada yang harus sempurna dalam segala aspek dan ada yang harus sempurna dalam beberapa atau bahkan hanya dalam satu aspek saja.
Bagaimana sisi perfeksionis bisa muncul ?, Sumber dari bagaimana sisi perfeksionis bisa muncul berada pada pola tertentu, yakni hal tersebut disebabkan karena pola pembimbingan orangtua saat kita kecil. Dengan demikian, ini bisa menjadi bahan perenungan untuk orang tua dalam mengelola tingkat stress pada anak.
Melihat semakin banyaknya orangtua yang menuntut anak untuk bisa dalam segala aspek, maka penting juga peningkatan pemahaman orangtua mengenai cara mendidik anak dengan baik. Sehingga orangtua dapat memahami tingkat pemahaman dari masing-masing anak.
Dalam diri setiap orang pastilah memiliki sisi perfeksionis masing-masing dengan skala yang tentunya berbeda-beda, ada yang harus sempurna dalam segala aspek dan ada yang harus sempurna dalam beberapa atau bahkan hanya dalam satu aspek saja.
Hal ini sangatlah penting untuk penulis pribadi. Sebab menyangkut dengan pembentukan karakter anak. Bukan hanya itu saja, dengan mengetahui sisi perfeksionis ini juga menjadi pembelajaran bagi orangtua atau calon orangtua pada umumnya. Agar setiap orangtua peka mengenai cara mendidik anak dengan baik, sehingga dapat memahami tingkat pemahaman dari masing-masing anak.
Pengetahuan ini juga menjadi ukuran untuk kedepannya. Bahwa pendidikan sangatlah penting, bukan hanya pendidikan seorang anak, namun juga pendidikan orangtua sebagai madrasah bagi anak-anaknya. Dengan demikian, psikologi anak berperan penting pada persoalan kali ini.
Menyinggung pendidikan bukan hanya masalah psikologi anak saja. Pendidikan agama pada anak juga mempengaruhi karakter, sehingga psikologi anak dapat dikendalikan dengan bertambahnya ketekunan anak dalam beriman.
Untuk mengatasi masalah perfeksionis kita dapat mencegahnya dengan cara menumbuhkan keimanan seorang anak, tentunya melalui kegiatan sehari-hari.
Menumbuhkembangkan ajaran agama menjadi tugas utama sebagai orangtua tanpa mengabaikan begitu saja kemajuan teknologi sampai saat ini. Pada dasarnya menumbuhkembangkan fitrah keimanan pada anak bukan hanya melului mengajarinya tentang bagaimana cara shalat, puasa dan mengaji. Ada hal yang lebih utama dari itu yakni menumbuhkan kecintaan anak kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Semakin berkembangnya teknologi saat ini membuat skala sisi perfeksionis pada anak melonjak. Pada keadaan inilah peran utama orang tua sangatlah diperlukan agar bisa meminimalisir skala perfeksionis yang terjadi.
Dengan demikian, konsep perfeksionisme yang berasal dari tuntutan orangtua dapat diatasi dengan pemahamanan orang tua mengenai cara mendidik anak dengan baik, sehingga peranan orangtua jauh lebih aktif terhadap psikologi perkembangan anak dengan menerapkan dan menumbuhkan kecintaan anak kepada keyakinannya. (*)