Menggagas Kebon Herbal dan Menulis Sejarah Daerah

Dian Wahyudi
Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak

Bertemu dua tokoh ini bagi saya sangat istimewa. Mereka biasa dipanggil Ka Wandi S Assayid dan AA Erwin Komara Sukma. Disamping karena tinggalnya agak jauh dari Rangkasbitung ibu kota kabupaten Lebak, sehingga perlu perjuangan untuk menemui mereka berdua, juga karena alasan beberapa hal.

Bacaan Lainnya

Pertama, selalu memiliki ide dan gagasan inspiratif yang dapat dibagi. Kedua, AA Erwin suka ngebanyol alias memiliki rasa humor yang tinggi lewat tokoh rekaannya Rohed, sedangkan ka Wandi dengan satir-nya terkait situasi kekinian yang senantiasa menohok kepada yang merasa saja. Ketiga, keduanya memiliki minat terhadap partisipasi masyarakat dalam segala hal, terutama ka Wandi yang belakangan konsen kepada pemberdayaan masyarakat dan optimalisasi lahan, sedangkan A Erwin lebih kepada penelusuran dan penulisan sejarah daerah.

Alasan lainnya, karena keduanya, juga memberi testimoni untuk dua buku saya yang baru terbit, yang berjudul Bertemu Marhaen Esensi Membangun Negeri dan Merawat Tradisi Sinergi Membangun Negeri.

Hari ini (4/1/21), saya bertemu keduanya. Pagi hari saya bertemu ka Wandi, setelah janjian, kami bertemu di warung ka Jahidi, di Cibeusi Desa Ciginggang kecamatan Gunungkencana.

Tempat yang disebut warung ini istimewa pula, lokasinya dipinggir jalan utama, disamping kantor LMDH atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan, merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam atau disekitar hutan (bekerjasama dengan Perhutani) untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Warung, memiliki saung amben dari papan kayu Mahoni, saking seringnya diduduki dan banyak orang memanfaatkan saung itu, kayunya sudah berwarna colat tua menghitam, saya suka warnanya.

Begitu clek (duduk), segelas kopi hitam pahit, masih mengepul, sudah disodorkan kapada saya, wah…

Ini ada peueut (aren cair/nira yang direbus sebelum dijadikan gula merah), sudah diberi nama, cap Ijen Pemuda Pasko kata ka Wandi.

Diminumnya jangan dicampur, khawatir rasa dan aroma khas aren cairnya hilang, kombinasi saja, kata ka Wandi, seruput kopi, baru kemudian aren cairnya diminum sedikit.

Hhmm…seruput kopi…cicip aren cair sedikit… Saya kutapketap (merasakan perpaduan pahit manis dilidah dan bibir). Mantap tukas saya… Poll.

Kami, ada sekitar sepuluh orang pemuda, ada saya, ka Wandi, ada pula sahabat saya Charis Khadafi yang kebetulan sedang ada keperluan di kantor kecamatan Gunungkencana, ka Didi ketua LMDH, ka Hendra atau biasa dipanggil Ewok, Hafid ketua DPC PKS setempat, Futuh, dan beberapa pemuda, ngobrol tentang optimalisasi Hutan eks Tebangan Perhutani, juga kebun pemuda istilah ka Wandi Demplot Agro Foresty, Kebon (kebun) Herbal, Obrolan tentang pemetaan Digital di Desa sampai urusan cau (pisang) Panggalek, di Saung LMDH Rimba Lestari Mulya Desa Ciginggang Kecamatan Gunungkencana kabupaten Lebak ini.

Meluncur pula (hehe) pisang goreng. Eit nanti dulu, pisang gorengnya tanpa terigu, apaan nih ? Saya cicipi, tektur luarnya tampak regas, tapi pas digigit dalamnya empuk, apalagi dimakan masih hangat, ditambah seruput kopi. Dan ternyata, yang biasa hadir disitu juga agak aneh, karena gak biasanya ada suguhan pisang goreng unik tersebut. Mirip pisang epe dari Makasar yang pisangnya dipipihkan, kalau epe dibakar, kalau ini digoreng. Enak euy…

Obrolan kami kemudian bergeser, pindah lokasi ke Kebon Herbal yang tidak jauh dari situ. Gagasan Kebon Herbal datang dari ka Wandi, yang merasa memiliki kewajiban untuk mengumpulkan berbagai jenis tanaman obat herbal berkhasiat, dari mulai jahe, kencur, kapulaga, sereh, kumis kucing, sembung, okra, dan berbagai jenis tanaman lain yang dibudidaya. Diharapkan nanti dapat dibudidaya secara lebih luas lewat pemberdayaan pemuda dan masyarakat dengan optimalisasi pemanfaatan lahan kosong atau eks tebangan Perhutani, yang luas tanahnya ternyata meliputi 70% luas tanah Desa Ciginggang, tentunya dengan mengikuti aturan main dari Perhutani lewat pengelolaan LMDH. Beberapa sudah mulai digarap, dari mulai tanaman Kopi, pisang Cavendish, jahe, dll.

Kita dorong terus dan do’akan agar ide dan gagasan ka Wandi dan pengelola LMDH ini berhasil, utamanya pemberdayaan pemuda dan masyarakat, sehingga tarap hidupnya dapat meningkat lebih baik, ditengah pandemi covid-19.

Selanjutnya, Saya pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Sawarna kecamatan Bayah. Tak lupa saya serahkan beberapa buku saya kepada mereka.

Di Sawarna, Saya disambut ustadz Eman yang juga Ketua DPC Bayah. Saat Saya datang, beliau sedang ngiplik (ngipasin) bakar Cumi dan beberapa ikan bakar. Sudah hampir matang, jadi ya, aromanya sangat menggoda selera. Sebentar lagi, ujar beliau. Siap… jawab Saya.

Jelang semuanya siap santap, Aa Erwin yang sudah ditelpon sebelumnya datang di kediaman ustadz Eman.

Kami ngobrol terkait berbagai hal, dari mulai kondisi lokal, sampai nasional. Termasuk mengapresiasi buku saya, karena menurut beliau mendorong budaya literasi di Lebak.

Beliau bahkan, meminta kolaborasi untuk penulisan sejarah daerah, khususnya Sawarna, termasuk menelusuri dan menuliskan jujutan (silsilah).

Sambil ngobrol ringan, kami menikmati Cumi dan ikan bakar yang sudah siap santap, dengan sambel kecap irisan cabe rawit. Wah, cuminya cumi besar dengan daging yang pungkil (tebal). Nikmat sekali, apalagi kami yang tinggal di Rangkasbitung agak jarang menikmati cumi besar seenak ini. Istimewa.

Terkait penulisan sejarah, saya belum menyanggupi karena harus menyiapkan diri dan konsentrasi lebih terkait penulisan sejarah, apalagi jika menyangkut nama dan angka-angka tahun. Semoga ide dan usaha beliau selama ini dalam penelusuran dan penulisan sejarah daerah dapat terus dilakukan, karena amat sangat penting untuk nanti diwariskan kepada generasi berikutnya. Semangat A Erwin…

Saya menyerahkan beberapa buku saya kepada beliau. Namun tak diduga, beliau juga meminta saya menerima batu cincin miliki beliau, untuk Saya pakai. Cincin tersebut sepertinya batu khas Sawarna.

Kebahagiaan dan kebangga tersendiri, dengan saling sinergi, ternyata muncul banyak ide gagasan bernas dan inspiratif. Tinggal bagaimana kita mensikapi dan menindaklanjuti hasil obrolan tersebut.

Untuk gagasan di Desa Ciginggang, Saya sampaikan, semoga akan sering datang dan berkolaborasi dengan program LMDH di desa tersebut. Aamiin…

Pos terkait