Sebanyak 200.000 siswa sekolah di Jalur Gaza batal memulai semester baru setelah para guru dan staf sekolah melakukan pemogokan, Senin (24/8/2015).
Beberapa ribu guru, asisten guru, dan staf administrasi sekolah di wilayah Palestina itu menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor badan PBB urusan pengungsi Palestina, UNRWA.
Serikat pekerja staf UNRWA di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang menderita akibat tiga perang dalam enam tahun, blokade Israel, serta krisis ekonomi, melakukan protes karena sejumlah staf terancam kehilangan pekerjaan karena minimnya anggaran.
Menurut catatan PBB, dari 1,8 penduduk Jalur Gaza, sekitar 1,26 juta orang berstatus pengungsi. UNRWA menangani berbagai hajat para pengungsi, termasuk pendidikan untuk 225.000 anak-anak usia sekolah.
Namun, setelah puluhan sekolah hancur akibat perang antara Hamas dan Israel, kondisi anak-anak sekolah di wilayah itu semakin sulit.
Masalah bertambah pelik ketika UNRWA, yang mendapatkan anggaran dari iuran anggota PBB, selama beberapa tahun ini terus mengalami penurunan dana.
UNRWA telah memunculkan wacana untuk menunda awal tahun ajaran baru dan merumahkan sementara sejumlah stafnya selama setahun karena kurangnya kontribusi dari donor internasional.
Bantuan finansial terbaru membuat UNRWA membatalkan rencana penundaan tahun ajaran baru. Namun, para staf organisasi tersebut menuntut UNRWA juga membatalkan rencana untuk merumahkan mereka. @Media Sucahya