Pemimpin Tanpa Jabatan

Oleh : Dian Wahyudi
Komunitas Sinergi Banten

Selama dua hari ini, saya cukup asyik membaca sebuah buku, menurut saya cukup unik. Buku terkait kepemimpinan, dengan cukup banyak teori dengan berbagai prinsip hidup sebagaimana buku kepemimpinan pada umumnya, namun karena dikemas dengan gaya bercerita, alih-alih terasa berat, saya malah merasa sepakat dengan Blake Davis, salah seorang tokoh dalam buku ini, bahwa teori dalam buku ini, sangat mengena, menginspirasi dan memotivasi.

Bacaan Lainnya

Robin Sharma, sang penulis, mengemas alur cerita serta beberapa tokoh dalam buku ini dengan apik, runut dan sesuai dengan kebutuhan kondisi saat ini, uptodate. Perlunya adaptasi di tengah perubahan. Kalimat dan kata-kata dalam buku ini daging semua. Tidak terasa menggurui, namun ajaib, banyak hal yang dapat kita serap dan harus diperaktekkan dalam keseharian.

Buku ini bercerita, ada orang bernama Blake Davis dan Tommy Flinn. Blake Davis adalah mantan tentara yang pernah dikirim ke Irak. Pengalaman buruknya selama menjadi tentara membuatnya trauma dan enggan menjalani hidup setelah keluar dari tugas militer. Sehingga, ia kembali menjadi seorang sipil dan bekerja di sebuah toko buku.

Di tengah kekalutannya, Blake bertemu seorang bernama Tommy Flinn yang mengaku sebagai teman mendiang ayahnya. Tommy juga bekerja di toko tempatnya bekerja. Dia berusaha menularkan semangat agar Blake bisa menjalani hidup dengan baik, terutama dalam rutinitasnya sebagai karyawan toko buku.

Tommy mengaku, kalau sejak dulu dia hanya karyawan biasa. Di usianya yang sudah senja-sudah lewat waktu pensiun-dia tak tertarik dengan jabatan apa pun di perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, banyak tawaran dan kesempatan agar Tommy menjadi manajer yang bisa menikmati segala fasilitas kantor, termasuk mobil perusahaan dan seluruh tanggungan hidupnya. Tapi, semuanya ditolak.

Blake penasaran, apa yang membuat Tommy tak tertarik menjadi seorang pemimpin dalam perusahaan. Dengan sabar Tommy menjelaskan bahwa, segala elemen dalam perusahaan itu bisa jadi pemimpin, tanpa harus punya jabatan. Jabatan memang membawa kekuatan, tapi masalahnya, kekuatan itu akan sirna begitu jabatan kita lenyap, kekuasaan kita hilang. Untuk berhasil, semua orang harus melihat diri mereka sebagai bagian tim kepemimpinan.

Proses membaca buku ini, sebenarnya berawal dari beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis, tulisan yang berjudul Selalu Ada Hikmah Beradaptasi. Mengupas tentang perubahan yang kadang membuat kita tidak nyaman. Namun, perubahan akan selalu terjadi, apakah kita siap menghadapi dan menerimanya atau tidak. Kita harus selalu bersiap karena perubahan bisa terjadi kapan saja. Kita tidak bisa melawannya dengan menghindarinya, kita hanya bisa beradaptasi. Kemudian, diakhir tulisan, saya mengutip kata bijak dari Robin Sharma ; Berubah memang berat pada awalnya, kacau di tengah-tengahnya, dan sangat indah pada akhirnya.

Kalimat ini saya peroleh sekilas dari seorang sahabat, bukan…, beliau orang yang sangat spesial. Kenapa sangat spesial ? Karena, saya merasa, membaca kalimat bijak tersebut, bukan karena sebuah kebetulan semata, justru seolah pengingat, bahwa terdapat hal istimewa dibalik semuanya, dan saya berterimakasih untuk itu. Buktinya, kalimat tersebut menginspirasi saya untuk membuat tulisan, terkait perubahan dan beradaptasi terhadap perubahan. Bahkan kemudian, saya juga menulis, tulisan lain terkait adaptasi dan semangat untuk bangkit dimasa pandemi covid-19 ini.

Sampai shubuh dua hari yang lalu, saya baru engeuh (sadar), kalau saya (ternyata) pernah membeli buku karya Robin Sharma ini, tiga bulan yang lalu, dan belum sempat saya baca sama sekali. Menyadari hal ini, saya jadi tersadarkan kembali tentang kalimat bijak tersebut. Setidaknya banyak hal yang sejalan dengan apa yang disampaikan Robin, terutama terkait dengan prinsip masa bergejolak membentuk pemimpin hebat.

Minat membaca buku, dua hari sampai selesai bagi saya merupakan prestasi. Hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, bahkan sambil diselingi melakukan berbagai aktifitas yang saya sukai, mendengarkan musik, menerima tamu, makan, dan tentunya menulis tulisan ini. Ajaib…

Bertebaran pesan moral yang dapat kita petik. Bahwa setiap kita terlahir genius. Agar bisnis atau organisasi bisa menang di dunia baru yang kita alami, hanya satu cara, jawabannya adalah Kepemimpinan, dengan menumbuhkan dan mengembangkan bakat kepemimpinan semua orang di organisasi lebih cepat daripada kompetitornya, memperkuat kemampuan semua orang di semua tingkat untuk memimpin di semua bidang. Mulai dari juru kebersihan sampai CEO menunjukkan kepemimpinan dan memikul tanggung jawab untuk keberhasilan organisasi atau perusahaan.

Tidak ada peran sepele, menciptakan lingkungan dan budaya yang menuntut semua orang menjadi pimpinan. Semua orang perlu menghasilkan inovasi. Semua orang perlu menginspirasi teman satu tim. Semua orang perlu merengkuh perubahan. Semua orang perlu bersikap positif. Semua orang perlu mengerahkan diri untuk unjuk yang terbaik, sehingga, begitu mereka lakukan itu, organisasi tak hanya beradaptasi dengan indah dalam kondisi yang berubah-ubah, tapi juga menjadi yang terdepan di bidangnya.

Bukan berarti suatu organisasi tak perlu menetapkan jabatan. Malah, harus, kita butuh orang-orang di tim eksekutif untuk menentukan visi, mengendalikan dan mengemban tanggung jawab penuh atas hasilnya. jabatan dan struktur menjaga tatanan dan kelancaran segalanya. Namun, menurut Robin disemua organisasi yang berkembang, ditengah segala gejolak dunia bisnis masa kini, kita semua perlu memikul tanggung jawab pribadi dengan menjadi CEO atas peran kita sendiri dan pimpinan di posisi kita sekarang.

Setiap pekerjaan itu penting. Tak peduli apakah kita punya jabatan formal atau tidak, kita punya kendali penuh atas cara kita unjuk gigi diperan kita sekarang. Kita semua punya jiwa pemimpin dalam diri. Kita semua punya sumber potensi kepemimpinan dan kepemimpinan tak ada hubungannya dengan apa yang kita dapat atau di mana kita duduk.

Kepemimpinan lebih menyangkut secerdas apa kita bekerja dan sepiawai apa kita berprilaku. Tujuannya, berkarya hebat ditempat kita berada, sekali lagi, kita tak perlu punya jabatan untuk menjadi pemimpin. Begitu jiwa pemimpin dibangkitkan, kita harus asah tiap hari, karena semakin digunakan kekuatan ini, kita akan semakin mengenalnya, akan semakin kuat.

Manusia memendam kekuatan dan potensi yang jauh melebihi kekutan yang timbul karena suatu jabatan. Jika tidak bisa memimpin diri sendiri, kita tak akan pernah mampu memimpin orang lain, temukan pusat kekuatan dalam diri sendiri, sehingga kelak menjadi kontribusi terbaik kita untuk sesama. Begitu kita tahu cara membangkitkannya, lalu menerapkan kekuatan itu, setiap unsur hidup kita akan meledak dengan sukses. Kepemimpinan otomatis langsung muncul ketika kita bekerja dan bermain. Kita sendirilah yang menciptakan hidup yang kita jalani.

Menurut Robin, perubahan yang langgeng hanya terjadi jika emosi seseorang tergugah, langsung menyentuh hati, bukan hanya sekedar memengaruhi otak kita. Percaya dan sabar menjalani proses perubahan. Kita tidak akan bisa mencapai terobosan tanpa mengalami kejatuhan. Jadi menurutnya, jalur tanpa tantangan itu sebenarnya tidak aman, jika target kita adalah mencapai potensi terbesar. Jika kita menutup diri dan berharap perubahan akan berhenti, kita akan sesak, seperti orang malang yang terjebak karena tidak siap dengan perubahan. Menolak peluang yang timbul karena perubahan adalah cara hidup yang tragis dan cara mati paling menyedihkan. Kondisi serba tidak pasti meningkatkan keahlian, menunjukkan bakat terpendam, dan membakar semangat.

Kondisi baru menuntut teknik berbeda, kita perlu beradaptasi. Kita takkan pernah tahu setinggi apa kita bisa naik, jika mencoba saja tidak. Kondisi paling tidak nyamanlah yang mampu menempa pemimpin terbaik.

Bahwa sukses diraih melalui pilihan yang sadar. Fokus pada kinerja unggul dalam setiap tugas. Pekerjaan apapun yang dimaksimalkan dan karya apapun yang digarap hebat akan membawa imbalan jauh melebihi kemungkinan terbatas yang mungkin kita lihat. Sukses diciptakan melalui rutinitas kecil harian yang seiring waktu menelurkan pencapaian jauh melebihi apapun yang kita rencanakan. Berusaha mencapai kemajuan tiap hari dan tanpa henti. Inovasi dan kepakaran kreatif adalah terus menjadikan hari ini lebih baik daripada kemarin. Konsisten menjadikan segalanya jauh lebih baik.

Bermimpi besarlah, mulailah dengan langkah kecil. Menurutnya, sukses sebenarnya akan datang otomatis, hanya dengan maju sedikit demi sedikit secara konsisten. Tindakan kepemimpinan yang kecil akan membuahkan hasil yang mencengangkan. Mendedikasikan diri untuk konsisten, fokus, dan terus meningkatkan diri. Jangan cepat berpuas diri.

Teringat Sabda Rosulullah SAW, Dari Abdullah ; Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang jika ia beramal dengan suatu amalan atau pekerjaan maka ia kerjakan dengan itqon.” (HR. Baihaqi). Alloh menjelaskan bahwa Itqon merupakan sifat Allah yang senantiasa melazimi dalam seluruh penciptaan-Nya. Alloh berfirman: “Begitulah penciptaan Allah yang membuat dengan (itqan) kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. an–Naml [27]: 88).

Berkaitan dengan ayat tersebut, Imam Ibnu Jarir Ath-Thobbari menukil pendapat Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat di atas, yaitu Alloh membaguskan segala ciptaan-Nya serta mengokohkannya. Jadi, jelas sekali dalam Itqon terdapat proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat, dan sempurna. Inilah pekerjaan yang profesional, perfect, dan berdedikasi tinggi. “Konsistenlah dalam kebenaran, mendekatlah padanya, bersegeralah untuk beramal di pagi hari, siang, maupun malam, dan pertengahanlah dalam segala hal niscaya engkau akan sampai ke tempat tujuan (berhasil).” (HR. Bukhori). Adapun dalam ukuran manusia, kesempurnaan itqan adalah upaya maksimal dan optimal yang menjadi prinsip dan target setiap amal yang dikerjakan.

Pos terkait