Koranbanten.com – Pengalaman buruk dengan pesawat terbang, apalagi kalau kecelakaan selalu memberi getaran rasa ngeri yang kuat bagi siapa pun. Bagi penyintas atau orang yang lolos dari celaka. Letnan Kolonel Nav Arif B pengalaman menggetarkan jiwa pada hari Lebaran. Ia bertugas sebagai navigator pesawat Hercules terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta menuju Lanud Abdul Rachman Saleh di Malang.
Arif terbang dengan pesawat yang sama dari Medan menuju ke Jakarta (Halim) melalui Pekanbaru dan Palembang. Penerbangan berlangsung lancar tanpa kendala. Pada saat malam Lebaran, kami tiba di Halim saat maghrib dan sudah takbiran . malam itu kami mendapatperintah untuk terbang ke Malang keesokan setelah shalat Id.
Hercules berpenumpang sekitar seratusan orang, dan mampir di Yogyakarta dan Madiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Dari Madiun, pesawat lanjut menuju Malang. Arif sempat melihat langit menuju timur berawan tebal dan mengusulkan penerbangan ditunda. Sang kapten akhirnya memutuskan terus lanjut dan melewati jalur normal seperti biasa. Ketika mendekati Kota Mojokerto, ketinggian mencapai 9.500 kaki, sisi kanan dan kiri awan tebal tetapi area tengah bersih dan jelas. Tiba-tiba pesawat kehilangan daya, padahal mesin tetap hidup. Pesawat tiba-tiba menukik kebawah, mesin tetap hidup tetapi tidak mempunyai daya angkat sama sekali.
Pesawat terjun bebas dalam keadaan berputar menyerupai spiral. Suasana dikokpit pesawat benar-benar tegang. Tak ada daya untuk mengubah keadaan selain ucapan-ucapan istighfar. Arif mengatakan, Saya hanya terpikir ini mungkin waktunya saya mati. Kita sudah dipintu nyawa, kita tidak berdaya, mau lari ke mana pun kita tidak bisa. Yang berkelebat di kepala saya hanya wajah keluarga, bapak,ibu,istri dan saudara-saudar. Mereka belum saya telepon, belum minta maaf. @Ani Susanti