Biodata penulis.
Oleh : Dian Martiani
Masih ingat Film berjudul Ambu? Film yang disutradarai Farid Dermawan, bercerita tentang seorang Ambu (Ibu), yang ditinggal anaknya demi cintanya pada seorang pemuda Jakarta yang mengambil Setting di Baduy, Lebak, Banten. Salah satu karya anak bangsa yang mengharumkan Kabupaten Lebak. Tak kurang Ibu Hj. Iti Octavia Jayabaya, Bupati Lebak, turut bermain dalam film itu.
Ibu, tema yang tak pernah habis untuk dikupas. Selain dalam film, tema ini banyak menjadi pilihan dalam berbagai kajian, seminar, buku, novel, puisi, bahkan cerita rakyat. Banyak kisah mengharu biru tentang sosok ibu. Cerita inspiratif dari sosok inipun tak kalah banyak jumlahnya. Ibu, betapa sosok luar biasa ini selalu memiliki sisi yang menarik untuk diangkat.
Mulianya posisi seorang Ibu, bahkan diabadikan dalam banyak hadits Rosulullah. Salah satu diantaranya adalah : “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu. (HR. Al Bukhari).
Menjadi seorang ibu adalah sebuah pilihan yang mulia. Pilihan ini meniscayakan konsekuensi yang tidak ringan. Berani menjadi ibu, berarti berani lelah, berani sabar, berani tangguh, dan terutama berani cerdas, karena ia akan menjadi Madrasah Pertama dan Utama bagi putra-putrinya.
Tugas diatas, mendidik dan mengasuh anak, bukanlah menjadi satu-satunya tugas. Perempuan yang memilih menjadi seorang ibu juga memiliki tugas lain yang tidak kalah pentingnya. Menjadi seorang anak bagi orang tuanya, menjadi istri bagi suaminya, juga menjadi bagian dari masyarakat umum, yang mau tidak mau harus berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas tambahan juga harus dipikul oleh seorang ibu bekerja.
Sosok ibu memang mengagumkan. Dalam satu waktu, ia dapat mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan memikirkan banyak hal. Hal ini karena struktur otak perempuan berbeda dengan struktur otak laki-laki. Perempuan mampu mengaktifkan otak kiri dan kanan sekaligus, tidak seperti laki-laki. Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang dan lebih kalem. Otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain dengan benda lebih banyak dari pada laki-laki. Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang orak pria, struktur inilah yang menyebabkan ingatan perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki (Tagar.id 2019).
Saat ini, sosok ibu memiliki tugas yang lebih kompleks dan dituntut memiliki kompetensi yang lebih luas. Tugas Ibu menjadi lebih berat karena tuntutan zaman yang serba digital. Kondisi Pandemi seperti sekarang menambah tuntutan tugas seorang ibu menjadi luar biasa.
Dulu, ibu dapat mendidik, mengasuh, dan mengawasi anak secara manual. Nyaris tanpa bantuan tekhnologi yang berarti. Saat ini, tuntutan pengawasan terhadap anak, sudah semakin berat. Pengaruh teknologi terutama semakin mudahnya anak mendapatkan akses internet, menjadikan seorang Ibu harus bekerja keras mengawasi putra-putrinya. Boleh jadi mereka secara fisik ada di depan ibunya, namun pikiran dan keberadaannya sudah melanglang buana bersama jaringan internet yang ada dalam genggamannya.
Dalam situasi Pandemi seperti sekarang ini, sosok ibu juga menjadi sosok yang sangat luar biasa. Ia harus menjaga keluarga terhindar dari wabah, menyediakan makanan sehat terbaik, lingkungan yang kondusif, sekaligus sebagai guru bagi putra-putrinya disaat pemerintah menerapkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sungguh tugas multifungsi yang mungkin tidak akan sanggup dijalankan oleh makhluk bernama laki-laki.
Begitu banyak tuntutan yang disandarkan pada seorang perempuan bernama ibu. Oleh karenanya, tidak semua perempuan, berani menjadi seorang Ibu. Ada perempuan yang bersedia menikah, namun tidak bersedia memiliki anak. Bahkan ada perempuan yang tidak menyetujui tugas domestik seorang perempuan. Berpendapat bahwa perempuan setara dengan laki-laki dalam semua hal. Kelak perempuan ini akan menjadi Cinderela Compleks yang bingung mencari jatidiri.
Semakin kompleksnya tuntutan yang harus diperankan seorang ibu di zaman sekarang, menuntut ibu untuk membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Ibu-ibu yang akan sukses adalah mereka yang mau belajar untuk memantaskan diri menjalankan fungsi ibu menghadapi situasi kekinian.
Meskipun pemerintah menetapkan setiap tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu, sesungguhnya sepanjang hari adalah hari Ibu. Tiada hari tanpa Ibu. Tiada yang lebih berkesan selain kasih sayang Ibu. Tiada do’a yang lebih Indah selain do’a Ibu. Tiada Cinta yang lebih syahdu selain Cinta Ibu. Dialah sosok yang wajib kita hormati, sayangi, ta’ati, banggakan, sekaligus kita butuhkan. Karena ditelapaknya ada Syurga yang kita harapkan.
Selamat Hari Ibu.