oleh : Ilham Malik
Dosen di Prodi Perencanaan Wilayah & Kota Institut Teknologi Sumatera (PWK-ITERA).
Hari lingkungan hidup yang selalu diperingati pada 5 Juni, sebenarnya harus kita lihat sebagai sebuah penanda pengingat, bahwa kita hidup bersamaan dengan ekosistem lain, yang harus bisa saling jaga dan saling memberi. Selama ini lingkungan hidup seolah menjadi sesuatu yang lain, berada di bagian lain dari hidup manusia, padahal sesungguhnya manusia berada di dalam lingkungan hidup itu sendiri. Lingkungan hidup lebih besar dari ke-dirian manusia, mahluk terbaik dalam menyempurnakan atau merusak lingkungan hidup. Karena itulah, salahsatu catatan yang menjadi tugas berat para penggiat lingkungan hidup adalah menyadarkan cara pikir mahluk hidup yang bernama manusia agar memiliki kesadaran bahwa lingkungan hidup lebih besar dari manusia dan manusia hidup didalam sesuatu yang bernama lingkungan hidup dari sisi ruang dan aktivitasnya.
Lingkungan hidup itu unik. Ia bisa membiarkan manusia melakukan apapun didalamnya. Manusia bisa membuatnya jadi semakin baik, dan secara bersamaan manusia juga bisa membuatnya menjadi rusak. Dan rusaknya pun bisa serusak-rusaknya. Tetapi hati-hati dengan lingkungan, ia juga bisa cepat memulihkan dirinya. Ia bisa menggilas apapun yang berada diatas atau sekitarnya untuk mengembalikan eksistensinya. Sebagai contoh, manusia yang mengokupasi lereng untuk menjadi permukiman, akan digilas dan ditimbun oleh alam di suatu waktu tertentu ketika tiba waktunya bagi alam untuk kembali seperti dulu. Begitu juga dengan permukiman manusia yang berada ditepian pantai, di suatu waktu mereka akan dibersihkan oleh lautan karena daratan dan lautan bersepekat untuk mengakhiri okupasi itu.
Manusia sering lupa, bahwa lingkungan itu hidup. Itulah sebabnya ia disebut dengan lingkungan hidup. Lingkungan dimana manusia hidup. Lingkungan dimana ia juga adalah sesuatu yang hidup. Dan segala sesuatu yang hidup itu selalu memiliki kedinamisannya. Lingkungan menjadi sedemikian dinamisnya. Lingkungan juga bisa menentukan kapanpun ia akan kembali normal dan kapan ia bersedia untuk diobrak-abrik oleh manusia. Karena itulah, manusia harus pandai membawa diri. Manusia harus bisa membuat cara berdamai dengan perilaku lingkungan hidup yang bersifat konstan dalam bersikap. Bahkan cenderung konsisten. Dan manusia sebagai mahluk berakal harus pandai membawa diri pada alam, pada lingkungan hidup, tempat dimana mahluk yang bernama manusia dan mahluk-mahluk lainnya hidup dan berkembang-biak.
Coba para manusia melakukan kontemplasi tentang kediriannya. Tentang keberadaannya yang berada dimana. Manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa kesediaan lingkungan hidup untuk menerima kehadiran manusia. Lingkungan hidup juga bersedia membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan dan bahkan hasrat manusia. Tetapi ia juga mengingatkan manusia bahwa perlu melakukannya dalam batas-batas tertentu. Pada batas-batas yang masih bisa ditoleransi, dimaklumi. Batasan yang wajar. Jika berlebih, maka tentu saja ia akan memberikan “alarm” pada manusia. Itulah sebabnya pada masa tertentu manusia berhadapan dengan masa kekeringan, atau banjir, atau kabut tebal, asap dan bahkan guncangan gempa dan tsunami. Semua adalah alarm kepada manusia agar membatasi diri dan memantaskan diri.
Saya tidak berkeinginan untuk meluncurkan data-data kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di negara nusantara kita. Karena hal yang paling penting sesungguhnya adalah menyempurnakan cara pandang manusia terhadap keberadaan diri mereka pada tubuh atau ruang yang bernama lingkungan hidup. Manusia hidup didalam lingkungan yang secara legawa memberikannya kesempatan untuk hidup dan berkembang. Tetapi selalu dalam batasannya. Agama mengajarkan manusia untuk selalu mampu dengan upaya penuh untuk dapat mengendalikan hawa nafsunya. Jika manusia mulai bernafsu memenuhi hasrat dengan melewati batas-batas kemampuan lingkungan hidup (yang kini kemudian kita kenal dengan daya dukung dan daya tampung) maka ia akan memberikan alarm pada manusia, atau bahkan bisa saja langsung menggilas eksistensi manusia yang membandel. Lingkungan hidup selalu memiliki rambu-rambu aktivitas yang seharusnya disadari manusia.
Tiap instansi lingkungan hidup dalam sistem pemerintahan harus kembali pada fungsi utamanya. Bukan saja soal memberikan ijin-ijin dalam pemanfaatan ruang, tetapi hal yang paling penting adalah memberikan inspirasi pada sesama unsur pemerintahan dan kepada masyarakat, agar dapat memberikan porsi kepedulian pada lingkungan hidup secara memadai, secara proporsional. Ini sangatlah penting. Ini juga menegaskan pada seluruh pihak bahwa instansi lingkungan hidup bukan saja bertugas membersihkan sampah yang ditebar manusia dimana-mana secara brutal, menanami tanaman di lahan-lahan yang dirusak oleh manusia, juga bukan sekedar penilai kepada perusak-perusak lingkungan hidup. Tidak demikian. Ia juga memiliki tugas mulia untuk memberikan inspirasi, memberikan warning bahkan, pada sesama warga tentang bagaimana cara hidup yang menyatu dengan lingkungan hidup. Keharmonisan kehidupan antara lingkungan hidup dan manusia akan membawa kebaikan yang berkelanjutan.
Perayaan hari lingkungan hidup kali Ini harus menjadi ajang kontemplasi bagi penggiat lingkungan hidup. Juga menjadi ajang evaluasi bagi pengawal lingkungan hidup di dalam instansi pemerintah. Ada apa dengan lingkungan hidup kita kali ini. Kenapa bisa terus terjadi kerusakan dan ketidakseimbangan yang seolah tanpa ada kendali? Apa yang kurang tepat dari semua Langkah, kebijakan, program dan cara pandang tentang manusia dan lingkungan hidup?
Berbagai instrument sudah dibuatkan. Aturan dari level undang-undang hingga beragam turunan dibawahnya telah disiapkan. Dokumen pembangunan dan perijinan juga telah menekankan keberpihakan pada keberlanjutan, program SDGs, istilah sustainability, juga sudah menggema dimana-mana. Tetapi, membangun kesadaran dan pemahaman masih menjadi jalan panjang yang harus ditempuh dengan penuh komitmen. Dan seluruh mahluk manusia yang telah diberi akal kepahaman tentang keberlanjutan lingkungan dan kehidupan, harus menjaga energi dan terus bekerja tanpa henti agar semua warga memiliki kesadaran yang kuat untuk menjaga lingkungan hidup. Dan pemerintah sendiri, harus bisa membuktikan ruh pembangunan di negeri ini memang benar adanya digaris pro-lingkungan hidup.