Sekitar 500 santri kelas akhir di Ponpes Mamba’ul Maarif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur mengikuti sosialisasi beasiswa Bidikmisi bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, Selasa (28/3).
Mohamad Nasir memotivasi para santri agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. “Saya dulu juga adalah seorang santri. Saya dorong para santri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Saya mencari bibit-bibit santri di seluruh Indonesia. Kemenristekdikti telah mengalokasi anggaran Rp 4,5 triliun untuk beasiswa,” kata Nasir, di Jombang, Selasa (28/3).
Nasir menegaskan santri punya kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi. Santri yang tidak mampu secara ekonomi namun memiliki nilai akademik yang bagus, tidak perlu berkecil hati karena pemerintah dapat memberikan beasiswa. Kemenristekdikti saat ini menyiapkan anggaran Rp 4,5 triliun rupiah untuk beasiswa pendidikan.
Menurut Nasir, para santri yang ingin melanjutkan S1 bisa mengakses program beasiswa Bidikmisi. Besiswa ini dimulai sejak tahun 2010 sebagai respons terhadap tingginya biaya kuliah yang mengakibatkan lebih dari separuh lulusan sekolah menengah pada tahun 2010 tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Total penerima bantuan dana pendidikan dari tahun 2010 hingga saat ini mencapai 352.409 mahasiswa.
Nasir menambahkan alumni penerima Bidikmisi S1 juga dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang S2. Hingga pertengahan tahun 2016, lebih dari 200 alumni Bidikmisi mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
“Pada perguruan tinggi ini kami berikan beasiswa total 90 ribu, harapan saya ini bisa diserap oleh masyarakat, khususnya pada kaum santri. Nanti, ke depan bisa menahan radikalisme. Masalah yang menyangkut ekstrimisme bisa dicegah. Saya percaya pada santri karena pendidikan keagamaannya baik, tidak akan terjadi radikalisme di dalam kampus,” kata Nasir.
Menurut data pengurus pondok pesantren Mambaul Ma’arif, sekitar 89 persen santri di pesantren tersebut melanjutkan ke perguruan tinggi, 6 persen melanjutkan kursus atau pendidikan nonformal, 4 persen melanjutkan ke pondok pesantren, dan hanya 1 persen yang langsung bekerja. @OPIK