Segarnya Kuliner Puding Kelapa Muda, Pelepas Dahaga

KORANBANTEN.COM– Dalam urusan kuliner (makanan dan minuman), generasi jaman now pun memiliki sifat yang sama, mencari inovasi-inovasi baru yang tidak hanya enak dikonsumsi tapi memiliki keunikan tersendiri.

Nggak bisa dipungkiri, inovasi dalam dunia kuliner adalah suatu yang niscaya. Tanpa inovasi pegiat kuliner dipastikan akan ditinggal oleh konsumennya. Soal inovasi Pandeglang kini kehadiran tamu baru dalam produk bernama Puding Dugan.

Bacaan Lainnya

Dugan alias Kelapa Muda selama ini hanya dikonsumsi seperti biasa atau dalam bahasa Pandeglang disebut ‘Rujak Dugan’ dimana air kelapa dan dagingnya disatukan lalu ditambah dengan pemanis seperti gula merah atau sirup.

Namun atas kejelian Hendra dan Keluarga, Kelapa Muda itu mampu disulap menjadi Puding dengan rasa manis yang pas dan menyegarkan atau dikenal dengan Puding Dugan.

Puding Kelapa Muda itu memiliki rasa yang unik, campuran puding, daging dan air kelapa yang mengental plus gula merah atau gula semut membuat sensasi rasa yang berbeda.

Disajikan dalam keadaan dingin, membuat puding dugan menjadi solusi untuk menyegarkan tubuh dan suasana. Cocok banget buat kamu yang lagi kehausan atau kegerahan. Ohya, Kentalnya puding bak jelly kelapa itu juga bisa menjadi solusi buat nahan lapar.

Menuru Hendra, bukan hal mudah membuat puding bersatu dengan air dan daging kelapa muda, butuh perhitungan yang dan konsentrasi yang pas.

“Yang sulit menentukan komposisi dan konsentrasi yang pas antara puding, dan air kelapanya. Bila pas keduanya akan mengental dengan sempurna,” kata Hendra.

Puding Kelapa Muda (Dugan) buatan Hendra dan keluarga itu ternyata banyak diminati oleh konsumen di Pandeglang. Padahal menurut Hendra, promosi yang dilakukan masih sederhana. “Promosi paling ke teman-teman dekat, keluraga dan akun sosial media pribadi,” ujarnya.

Ia mengaku kewalahan memenuhi pesanan, karena usahanya masih sederhana dan rumahan. “Paling sehari sekitar 100 – 105 butir kelapa yang bisa dijadikan puding. Kami kewalahan mengupas kelapanya,” tambahnya.

Menyadari kondisi itu, Hendra sudah berkonsultasi dengan Dinas Pertanian terutama Bidang Perkebunan agar bisa membantu usahanya. Menurutnya hal itu bisa jadi ‘simbiosis mutualisme’ Dinas Pertanian bisa mengembangkan pasca panen kelapa, dan ia dapat kemudahan dalam menjalankan usahanya.

“Saya dan keluarga berharap punya alat pengupas kelapa, sehingga nggak manual lagi. Sekarang permintaan lagi tinggi. Kemungkinan lebih tinggi lagi di bulan Ramadhan,” tutup Hendra.(Net)

Pos terkait