Terima kasih Vertical Rescue Indonesia

Oleh : Dian Wahyudi
Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak

Alhamdulillah, cuaca di Bandung, Jawa Barat saat saya berkunjung cukup cerah bahkan terik, setelah saya menyelesaikan satu keperluan, saya mencoba mencari destinasi wisata menarik yang mungkin buka di masa pandemi covid-19 ini, biasa, sebagai perbandingan yang dapat saya ambil dan mungkin dapat diadaptasi di destinasi wisata di kabupaten Lebak.

Bacaan Lainnya

Setelah saya tanya-tanya, beberapa rekomendasi teman-teman di Bandung, beberapa merekomendasi, lamun rek niis (kalau mau ngadem) ke Curug Cisanggarung saja, juga ada tempat latihan panjat tebing Batu Templek, yang berlokasi di Kampung Cisanggarung Lebak, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Bandung. “Deukeut (dekat), dari terminal Cicaheum hanya sekitar 25 menit,” ujar teman saya.

Destinasi ini menawarkan pemandangan berupa tebing batu yang terbentuk karena proses alam. Tidak terlalu tinggi tapi air yang jatuh di sela-sela tebing memberikan kesan eksotis. Situs Batu Templek dulunya merupakan lokasi tambang batu. Masyarakat sekitar mengolah batu dari tempat ini sebagai bahan material bangunan. Batu-batu dari tempat ini kabarnya digunakan untuk membangun Gedung Sate di era kolonial. Aktivitas tambang berlanjut meski Gedung Sate sudah berdiri namun dengan intensitas yang menurun. Aktivitas tambang batu di Curug Batu Templek, saat ini sudah tidak berjalan. Karena pemandangannya yang unik, pemerintah setempat bersama masyarakat menjadikannya sebagai destinasi wisata. Pemandangan di sini sangat memanjakan mata, dengan dua mata sungai di atas tebing, mengalirkan air terjun yang menyatu.

Saat saya sampai di destinasi wisata ini, cukup ramai, dan benar saja, termasuk ada yang sedang berlatih panjat tebing. Tersedia pula jembatan gantung sepanjang 50 meter yang menghubungkan tebing air terjun ke tebing batu di sisi timur. Kegiatan wisata ekstrem di tempat ini, menurut saya relatif aman. Sebab, ada pemandu yang siap mendampingi serta perlengkapan standar keamanan yang bisa disewa. Hanya karena sedang ada yang berlatih, dari komunitas Vertical Rescue Indonesia (VRI), jadi hari itu tidak dibuka untuk umum.

Saat saya mengenali komunitas ini, saya berusaha mendekati beberapa orang dari mereka untuk mengobrol. Hanya untuk sekedar menyampaikan terima kasih, kok ? karena saya tahu terdapat beberapa jembatan gantung yang dibuat oleh komunitas VRI ini di kabupaten Lebak paska banjir bandang dan longsor di awal tahun 2020 yang lalu. Saya sempat bertemu dan ngobrol sebentar dengan Bang Benny dari VRI, karena sedang ada sesi latihan VRI, beliau tidak banyak waktu untuk ngobrol. Tidak diduga, beliau ternyata salah seorang tim survei awal untuk pembangunan jembatan gantung di kampung Muhara Desa Ciladaeun, kecamatan Lebakgedong, wah, saya semakin berterima kasih kepada beliau.

Diketahui, bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di Kabupaten Lebak di awal tahun 2020, setidaknya tercatat sebanyak 6 kecamatan. Dari total enam kecamatan, terdapat 30 desa turut terdampak. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), keenam kecamatan itu adalah Sajira, Maja, Cipanas, Curug Bitung, Cimarga, dan Lebakgedong. Dengan total pengungsi saat itu mencapai 3.227 KK yang tersebar di delapan pos pengungsian. Sampai hari ini, masih menyisakan pengungsi yang belum memiliki hunian sementara (huntara), utamanya di kecamatan Lebakgedong. Sekitar 28 jembatan rusak, lenyap tak bersisa dan berdampak pada aktivitas warga. Sementara, hanya ada jembatan darurat yang terbuat dari bahan seadanya dan jauh dari kata aman serta jalan amblas.

Setahun berlalu, jembatan gantung yang dibangun oleh komunitas VRI di kampung Muhara, bekerjasama dengan LAZ Harfa, sebuah lembaga kemanusiaan di Provinsi Banten, Alhamdulillah saat ini masih kokoh berdiri. Selain konsen dalam tanggap darurat, LAZ Harfa bersama VRI membangun jembatan gantung, agar kondisinya lebih baik dan lebih aman, di ketinggian yang sangat memadai, sehingga bisa membuat warga tak perlu khawatir lagi jika hujan sedang deras dan berpotensi terjadi banjir kembali, sebagai penyambung harapan masyarakat khususnya para penyintas banjir bandang di Lebak untuk bisa kembali menopang kehidupannya, baik untuk bisa ke sekolah, ke kebun, ke sawah bahkan bisa dilalui untuk pengendara roda dua yang tentu memudahkan aktivitas warga.

Sebagai informasi, Vertical Rescue Indonesia adalah spesifikasi khusus dalam proses evakuasi di medan terjal dengan tujuan memindahkan objek/korban di medan vertikal ke tempat yang lebih aman. Kecabangan panjat tebing ini biasa dilakukan pada operasi bencana alam ataupun musibah/ kecelakaan. VRI berdiri pada tahun 2000 di Bandung, memiliki misi untuk mempersiapkan potensi vertical rescuer di seluruh wilayah NKRI.

Teddy, ketua Indonesia Climbing Expedition dan juga Kepala Sekolah VRI berharap dapat terus menyosialisasikan keilmuan Vertical Rescue sehingga menjadi milik seluruh bangsa dan negara. Dia ingin nantinya seluruh orang Indonesia mampu menjawab tantangan dan tugas di medan vertical rescue.

Kontibusi langsung VRI adalah Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung, merupakan kegiatan VRI untuk membantu masyarakat pedesaan terpencil yang membutuhkan jembatan gantung darurat. Jembatan dibangun menggunakan teknik-teknik yang lazim dalam vertical rescue. Mengandalkan kabel baja (sling) dan tanpa material semen. Kondisi georgrafis dan topografi wilayah Indonesia yang sangat beragam, menjadikan pembangunan infrastruktur tak mudah dilakukan. Termasuk jembatan. Alhasil, sering mengemuka berita atau pesan berantai via media sosial, menginformasikan kisah-kisah tragis anak sekolah atau warga pelosok desa, menyeberangi jembatan darurat yang nyaris putus tali penopangnya.

Alhasil, meskipun jauh dari hiruk pikuk publisitas, peran VRI sangat bermakna. Dalam prakteknya, pelaksanaan Ekspedisi 1.000 Jembatan untuk Indonesia melibatkan entitas masyarakat luas. Mulai dari pendanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Hingga saat ini, VRI sudah menginisiasi pembangunan 51 jembatan gantung. Bisa dikatakan luar biasa adalah, pembangunan puluhan jembatan itu tidak melibatkan dana pemerintah (APBN/APBD), melainkan berkat jaringan silaturahmi.

Disamping jembatan gantung di kampung Muhara kecamatan Lebakgedong, VRI juga membangun jembatan gantung di Desa Bintangresmi kecamatan Cipanas serta Desa Bungur Mekar kecamatan Sajira kabupaten Lebak. Dan mungkin dibeberapa tempat lain yang belum saya ketahui. Sekali lagi, saya sampaikan Terima kasih Vertical Rescue Indonesia, semoga kiprah dan jasanya terus memberi manfaat untuk semua. Aamiin

Pos terkait