KORANBANTEN.COM – Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH., seorang intelektual, akademisi, doktor pendidikan, hipnoterapis klinis, peneliti, trainer, pakar mind technology, penulis 32 buku, dan dikenal sebagai Indonesia’s Leading Expert in Mind Technology dengan reputasi internasional, merilis sebuah teknik baru, bernama The Heart Techniquer yang sudah dipatenkan di Dirjen HAKI, Kemenkumham.
The Heart Techniquer atau disingkat THT, dirilis ke tengah masyarakat secara resmi, Sabtu, 30 Juni 2018, di Hotel Hariston, Pluit Jakarta melalui workshop yang berlangsung dua sesi.
Selain di Jakarta, workshop THT juga diselenggarakan di kota besar lainnya seperti Medan, 8 Juli 2018, dan Denpasar, 9 September 2018. Untuk Medan, hanya dalam waktu dua hari jumlah pendaftar telah mencapai hampir 1.000 peserta.
THT adalah teknik revolusioner, sangat mudah dipelajari dan dipraktikkan, aman dan telah teruji sangat efektif untuk menerapi diri sendiri, khususnya mengatasi masalah berkaitan dengan perilaku dan emosi.
THT diciptakan Adi W. Gunawan dengan tujuan turut memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, khususnya di aspek mental dan emosi.
THT berlandaskan hasil kajian teori dan ilmu yang cukup kompleks, meliputi antara lain teori pikiran, motivasi, memori, sistem energi tubuh, khususnya meridian, dan neurosains.
Ketika seseorang mengalami suatu kejadian, kejadian ini pada dasarnya netral. Selanjutnya, ia memberi makna pada kejadian ini, bisa positif, netral, atau negatif. Pemaknaan inilah yang memunculkan emosi. Bila maknanya positif, emosinya pun positif. Jika maknanya netral, emosinya pun netral. Begitu pula bila diberi makna negatif, maka emosinya pun akan negatif.
Berikutnya, emosi ini akan mendorong seseorang melakukan respons. Sebab, respons bergantung dari emosi yang dihasilkan. Jika respons yang muncul positif, tentu tidak ada masalah. Persoalannya adalah, yang umum terjadi orang cenderung memberi makna negatif, sehingga mendorong munculnya emosi dan respons negatif. Setelah emosi muncul, biasanya akan melekat pada memori kejadian dan tertanam di pikiran bawah sadar.
Sebagai contoh, ketika sakit hati dengan seseorang, maka biasanya individu memberi makna negatif, disusul emosi negatif, dan terakhir respons negatif. Setelah itu, emosi ini akan melekat pada memori kejadian dan tersimpan di bawah sadar. Persoalannya adalah, jika suatu ketika bertemu dengan orang yang sebelumnya membuat sakit hati, maka secara otomatis emosi dan respons negatif ini akan kembali mencuat ke permukaan, dan membuat seseorang tidak nyaman. Nah, dengan THT, emosi sakit hati itu bisa dinetralisir kembali dengan cepat dan mudah.
Pada orang dewasa, THT berhasil membantu mengatasi masalah antara lain luka batin, perasaan diri tidak berharga, tidak percaya diri, takut bicara di depan umum, mudah emosi, cemas atau ketakutan berlebih, perasaan diri ditolak, mudah panik, takut menikah, kesedihan mendalam, kesulitan diet, beragam fobia, kesepian, kebiasaan menunda, adiksi game atau video, sakit psikosomatis, dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa klien yang semula hendak bunuh diri akhirnya tidak jadi, setelah diterapi dengan THT.
Selanjutnya, masalah yang berhasil diatasi pada klien anak menggunakan THT, antara lain tidak percaya diri, minder, adiksi atau ketagihan main game atau gadget, malu, prestasi akademik rendah, merasa diri bodoh, merasa diri tidak cakap, tidak suka makan sayur, takut gelap, takut ketinggian, takut sendirian, marah pada teman, takut pada guru, tidak suka pelajaran tertentu, tidak berani tampil di depan umum, merasa kesepian, dan masih banyak lagi.(rls/pan).