Ekspektasi

Oleh : Dian Wahyudi
Komunitas Sinergi Banten

Ekspektasi merupakan bayangan yang kita harapkan bakal menjadi kenyataan, dan biasanya ini sangat bertolak belakang dengan realita yang ada. Semua orang mungkin pernah mengalami hal ini, dari harapan yang dapat terwujud sampai yang mungkin tidak bisa terwujud. Adalah sebuah kemungkinan yang akan muncul atau harapan yang bisa dan diinginkan terjadi. Sejatinya, hidup memang harus selalu punya harapan, agar hidup kita terarah, harapan juga bisa menjadi semangat untuk terus maju.

Bacaan Lainnya

Ekspektasi yang awalnya menjadi roda, tiba-tiba dapat menjadi rem dan menjadi masalah. Kenapa? Karena, ternyata realita kadang tidak sesuai dengan ekspektasi atau terdapat gap antara ekspektasi dan realita. Dapat lahir dari semua imajinasi kita tentang apa yang terjadi di masa datang. Juga dapat lahir dari adanya peluang untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi target atau capaian berdasarkan rencana yang telah disusun. Melahirkan optimisme seseorang terhadap kehidupannya serta melahirkan optimisme terhadap apa yang akan diperolehnya.

Adanya ekspektasi dan realita, esensinya merupakan bukti bahwa manusia memiliki keterbatasan dan kelemahan. Manusia hanya wajib berusaha. Manusia boleh berencana, namun garis kehidupan telah punya rencananya sendiri. Di sini, kegagalan dalam hidup mengajarkan satu hal kepada kita, bahwa kita manusia adalah makhluk yang jauh dari kesempurnaan. Di saat kegagalan sebagai akhir dari usaha yang didapatkan, suasana yang menyelimuti diri adalah resah, kecewa, bahkan putus asa. Kondisi saat itu memerlukan tempat kita bersandar, nasihat yang memotivasi, dan kekuatan untuk bangkit kembali. Sehingga harapan-harapan baru muncul sebagai pemantik potensi yang kembali melahirkan aksi. Disinilah rekonstruksi visi sangat penting sekali. Visi hidup, terutama sebagai Muslim sejati.

Mengapa orang sering sedih bahkan stres ketika yang diharapkan tidak tercapai? Yang diangankan tidak terwujud? Salah satu sebabnya adalah manajemen ekspektasi, manajemen harapan, yang tidak tepat. Ada orang yang terlalu panjang angan-angan. Ada juga yang terlalu bersemangat tanpa tahu kapasitas.

Ekspektasi jika tidak dikelola dengan baik seringkali memunculkan kekecewaan-kekecewaan. Tentu saja tidak berarti kita tidak boleh berharap. Namun, harapan haruslah dikelola dengan baik. Seorang anak bisa jadi berharap mendapatkan sepeda motor yang bagus seperti temannya, misalnya. Tidak salah. Tetapi jika keluarganya sedang diuji tidak mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya, padahal anaknya memintanya harus segera, maka sangat mungkin baik si anak maupun si bapak menjadi stres. Si bapak yang sebetulnya sangat sayang dengan anaknya merasa tidak dapat membahagiakan anaknya.

Bagaimana ekspektasi dikelola? Si anak misalnya dapat menunda keinginannya dalam beberapa bulan ke depan. Atau seorang bapak menginginkan anaknya yang sedang SD harus bisa banyak hal. Seorang dosen mengharap semua mahasiswa menjadi mahasiswa serba bisa. Jelas, harapan-harapan ini kalau tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan masalah.

Tidak jarang kita dituntut untuk bisa memahami kekurangan. Dituntut untuk mencari sisi positif dari sesuatu yang nampaknya negatif. Dalam bahasa lain, perlu reframing, menggunakan kacamata lain. Kacamata lain yang lebih sensitif terhadap sinyal-sinyal positif. Dengan demikian, kita akan lebih mudah mensyukuri nikmat, sekecil apapun itu.

Lalu, apakah salah kita berekspektasi. Ekspektasi itu apakah harus benar–benar dihilangkan dari pikiran kita. Bisajadi, hilangkan ekspektasi itu jika membuat kita terlalu membayangkan hasil akhirnya daripada proses. Ekspektasi itu harus selalu ada namun jangan tempatkan di hati kita. Menginsyafi kenyataan bahwa proses masih berjalan dan sedang diupayakan, serta masih banyak kemungkinan yang terjadi. Sikap seperti demikian akan melahirkan sikap kehati–hatian yang dapat diwujudkan dalam beberapa hal seperti cara bertutur kata, menyikapi permasalahan, kerendah hatian, dan lain sebagainya.

Sebuah kalimat bijak sepertinya tepat, bukan sejauh mana kita mampu bermimpi, tapi sejauh mana kita berusaha mewujudkannya.

Serta sebuah nasehat sejuk Sabda Rasulullah SAW : “Sungguh menakjubkan perkara orang-orang mukmin. Karena segala urusannya merupakan kebaikan. Ketika mendapat nikmat ia bersyukur, karena bersyukur itu baik baginya. Ketika mendapatkan musibah ia bersabar, karena sabar itu juga baik bagi dirinya.”

Ada impian yang akhirnya hanya sekedar mimpi, ada pula impian yang akhirnya menjadi masa depan. Karena, tidak mungkin menjadi mungkin adalah masalah waktu.

Marhaban ya Ramadhan.
Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.
Wallahu ‘alam bishawab.

Pos terkait