Syekh Khaudi Islamy dari Iran tentang Salat, Zikir, dan Tafakur

Oleh: Dr. Iyan Fitriyana

Dari hotel, saya dan sahabat TPHD Provindi Banten, H. M. Ilham, menuju
masjid Nabawy untuk salat magrib berjamah. Setelah salat , seorang syekh yang duduk berdampingan, yang kemudian kami ketahui bernama Khaudi Islamy, bertanya asal negara. Kami pun berbincang ramah, juga untuk menimba ilmu.

Bacaan Lainnya

Kami bertanya kepada Syekh Khaudi,
“Syekh, amal apa yang dapat mendekatkan kami kepada Allah?”.
Dalam terminologi Islam, atau lebih spesifik lagi dalam diskursus tasawuf dikenal dengan istilah ma’rifatullah (mengenal Allah).

Syekh asal Iran ini menjawab, “Ada tiga amal dapat mendekatkan diri kita kepada Allah S.W.T. : salat, zikir, dan tafakur”.

Syekh kemudian, menjelaskan,“Mengerjakan salat, bukan hanya diksi `mengerjakan´ melainkan juga ´menegakkan´ salat. Bahkan, dimulai dari hal yang mendasar dalam hal fikihnya. Misalnya, wudu harus benar sesuai dengan kaidah bersuci atau berwudu. Salatnya, berdampak pada setiap ruang gerak hidupnya.

Kata Syekh berikutnya, “Dikir bisa dalam hati atau zikir dengan lisan, seperti membaca subhaanallaah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallaah, Allaahu akbar, atau laa Ilaaha illa Anta subhaanaka inniy kuntu min al-dzaalimiin, atau yang lainnya”.

Terakhir, Syekh menjelaskn tafakur. Katanya, “ Tafakkur itu merenung sejenak, berpikir tentang `ada`nya kita, atau `keberadaan` kita, disandarkan kepada iradah Allah. Misalnya, dari mana kita berasal, di mana kita sekarang, akan ke mana kita. Termasuk pula menafakuri makrokosmos dan mikrokosmos alam ini”.

Lebih kepada pertanyaan mendasar dalam filsafat, kita pun bisa mengonfirmasi keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan, dilihat dari ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Menurut Syekh, salat, zikir, dan tafakur, jika kita laksanakan secara konsisten dan keberlanjutan, maka seorang hamba akan sampai pada satu nuqthah (titik) kesempurnaan sebagai hamba, yaitu ma’rifatullaah.

Pos terkait