Tanah Suci dan Kekuatan Umat Islam

Oleh : Dean Al-Gamereau

Di manakah sebetulnya kekuatan Islam tampak berada? Direktur Biro Dakwah dan Pengembangan Masjidil Haram, Syekh Dr. Hasan Bukhary, menyebutnya bukan di Indonesia, bukan di Cina, bukan pula di Nigeria, melainkan di sini, di tanah suci ini, di Mekah. Mereka datang berduyun-duyun. Mereka menyintai Mekah melampaui kecintaan pada negerinya sendiri.

Bacaan Lainnya

Saya tersentak, tersadarkan, dan memang itulah yang saya lihat sendiri dari balik kaca hotel Hilton, tempat saya dan kawan-kawan bersilaturahim dengan Syekh, Jumat sore menjelang magrib (2/07/19). Dari ruang pertemuan dalam hotel yang terletak di bibir halaman masjidil Haram itu, tampak limpahan jamaah salat magrib. Luar biasa. Sebuah kekuatan yang memang nyata.

Di luar Mekah, sebut saja masjid di tanah air, seperti kehilangan jamaah saat salat subuh. Mungkin ada jamaah salat subuh hanya dua baris : seorang imam dan seorang makmum.

Tetapi tidak di majidil Haram! Sejak beberapa jam sebelum salat lima waktu, masjidil Haram sudah amat sangat padat dan sesak oleh jamaah. Masjidil Haram jadi semakin sempit ketika salat lima waktu tiba.

Banyak yang harus mencari tempat, atau bahkan tak mendapatkan tempat untuk bersujud. Syekh benar, kekuatan Islam tampak di tanah suci ini. Merasa herankah kita ketika sangat sulit mencari tempat sujud di yang justru maha luas ini? Yale, memang, karena kekuatan Islam di tanah suci iniquities melampaui ruang dan waktu.

Semua masjid, di mana pun, mestinya memperlihatkan kekuatan Islam, seperti yang diperagakan jamaah masjidil Haram. Di daerah saya, masjid terus dibangun, bahkan seperti darurat masjid karena pengumpulan dana sampai melebar ke jalan raya, melewati rumah orang kaya, untuk dan atas nama amal jariyah.

Kita berlomba-lomba membangun masjid mewah dan megah. Tetapi, hadisb dari Anas yang dicatat Abu Dawud mengingtkan, bahwa berlomba membangun masjid mewah adalah tanda kiamat.

Pos terkait